Selasa, 28 September 2010

Marah, Puasa batal?? (Seri Ramadhan si Kecil)

Marah, Puasa batal?? (Seri Ramadhan si Kecil)



Sudahlah mnejadi kebanggaan bagi para orang tua saat buah hati mereka mulai belajar untuk berpuasa. Mulai dari puasa setengah hari (anak boleh berbuka saat tengah hari, lalu melanjutkan kembali puasanya-red) hingga puasa penuh yaitu sejak terbit matahari hingga terbenamnya matahari. Tentu kita sepakat, bahwa melatih berpuasa pada anak pada usia sedini mungkin adalah kegiatan yang baik agar saat diusia menjelang balighnya kelak ia sudah terbiasa berpuasa di bulan Ramadhan.



Puasa bagi anak-anak tentu bukanlah hal yang mudah. Pum tak semua anak mengiyakan saat orang tua mereka mengajak berpuasa bersama. Berpuasa berarti anak harus menahan lapar dan haus. Ini tidak mudah bagai tahun-tahun permulaan anak belajar puasa. Ada anak yang mulai sejak usia 4/5 tahun (usia prasekolah) hingga sekolah dasar permulaan (kelas 1-3 SD). Nah, kapan anda dahulu mulai belajar puasa?



Mengajak sikecil berpuasa memang tidak mudah. Karena itu, para orang tua melakukan berbagai cara agar sang buah hati mau belajar puasa namun tetap terasa begitu menyenangkan dan membuat si kecil bangga. Belajar berpuasa bagi sikecil, adalah suatu prestasi yang membanggakan. Ada orang tua yang mengimingi “kalau puasanya pol (penuh) nanti mama/papa kasih hadiah… atau uang sebesar …” atau ada orang tua yang memberi upah uang jajan per hari dengan jumlah tertentu yang akan dikumulatifkan dan diberikan pada akhir Ramadhan atau saat hari raya. Saya tak akan mengatakan hal ini baik atau buruk. Karena saya yakin satiap orang tua memiliki pertimbangan masing-masing terhadap putera puterinya. Namun, saya yakin bahwa kita sepakat apapun cara yang kita lakukan untuk melatih putera puteri kita belajar puasa, akhir dari segalanya agar mereka kelak berpuasa melalui kesadarannya. Tentu hal ini akan berjalan seiring dengan usia kematangannya. Saat anak-anak sudah mampu berpikir lebih matang, tentu dengan kadar ilmu yang telah bertambah.



Syauqi (9 th) kelas 3 SD dan adiknya Zakki (7,9 th) kelas 2 SD, seperti tahun-tahun sebelumnya Ramadhan kali ini mereka sudah bersiap menyambut bulan suci dengan semangat. Setiap hari menjelang datangnya Ramadhan mereka selalu bertanya (tanpa tahu sudah seberapa seringnya mereka bertanya-red) “kapan sih kita puasa?” atau puasanya berapa hari lagi?”. Begitulah antusiasme mereka menyambut Ramadhan, layaknya anak seusia mereka pada umumnya. Kali ini, mereka bertekad puasa sebulan penuh. Agar Ramadhan kali ini lebih baik dari Ramadhan sebelumnya.



“Yu’ta (kata sapaan dari kata ayuk (panggilan kakak perempuan bagi orang Palembang) dan ita (nama panggilan di keluarga)) kalau nanti Uki (panggilan kecil untuk Syauqi) puasanya penuh dapat apa?” tanyanya polos. Seingat saya, tahun lalu saya tak pernah menjanjikan apa-apa untuk upah puasa mereka, pun untuk tahun ini. Bagi saya, lebih baik memberikan hadiah secara surprise, tanpa menjanjikan atau mengiming-imingi sesuatu. Saya hanya ingin adik-adik saya belajar untuk tidak mengharapkan sesuatu dari orang lain. Atau berharap melakukan sesuatu karena iming-iming. Saya hanya berharap mereka belajar berusaha optimal, dan biarlah Allah yang memberikan hadiahnya. Meski di akhir Ramadhan pasti ada hadiah yang diberikan pada mereka, namun hadiah itu bukanlah suatu iming-iming. Hadiah itu adalah benar-benar kejutan, sebagaimana Allah selalu memberikan kejutan disaat yang tak kita sangka-sangka.



Kembali pada pertanyaan Syauqi… saya pun menjawab ”kalau Syauqi puasa penuh, syauqi akan dapat pahala dari Allah. Allah akan makin sayang sama Syauqi. Hadiahnya, biar Allah saja yang ngasih. Syauqi mau disayang Allah?” Syauqi pun mengangguk. “ kalau Syauqi disayang Allah, jangankan yang Syauqi minta. Yang Syauqi nggak minta.. insyaALlah akan diberikan oleh Allah. Itu namanya nikmat” ujarku sambil tersenyum. “dan, Allah akan lebih sayang lagi kalau bukan Cuma puasanya aja yang pol, tapi juga sholatnya. Buat apa kalau puasanya pol tapi nggak sholat, atau sholatnya bolong-bolong yak kan?“ tambah saya. “Hmm, kita lihat aja nanti apa yang Allah hadiahkan sampai akhir Ramadhan nanti” ujar saya tersenyum penuh makna. Ia pun tersenyum. Dan kami pun sama-sama tersenyum.



Bulan puasa pun tiba. Hari pertama dan kedua pun berjalan dengan baik. Syauqi bertekad puasa penuh satu hari. Zakki baru mampu puasa setengah hari. Tak hanya puasa, sholatnya pun sudah sempurna lima waktu. Karena takut terlewat sholat shubuh, biasanya syauqi selalu minta dibangunkan. Sholat lima waktunya pun tak tanggung-tanggung, diusahakannya berjama’ah dimasjid. Rumah kami memang tak terlalu jauh dari masjid. Ditambah, ada beberapa temannya teman untuk pergi ke masjid. Subhanallah.. saya hanya tak menyangka bahwa semangat Ramadhannya begitu tinggi. Hmm, untuk Zakki.. sholatnya memang masih bolong-bolong. Meski belum sempurna lima waktunya, tapi saya tetap menghargai usahanya. Setidaknya pada bulan Ramadhan tak terlalu sulit mengingatkan mereka sholat.



Saat hari ketiga. Syauqi dan Zakki bermain sepak bola bersama. Entah bagaimana, terjadilah pertengkaran kecil saat bermain. Syauqi, sang kakak merasa begitu marah terhadap Zakki sang adik. Dalam amarahnya, ia teringat bahwa ia sedang puasa. Ia pun pulang ke rumah, lalu langsung membatalkan puasanya. Saat ditanya “Loh kok Syauqi minum? Kan lagi puasa…” Syauqi pun menjawab dengan wajah agak cemberut “habisnya.. adek bikin Uki marah. Uki kesel.. puasa Uki jadi batal” “oooo makanya sekarang Uki minum?” Syauqi pun mengangguk. Saya pun hanya tersenyum geli. Saya pun bertanya kronologis kejadian mengapa Syauqi bisa marah. Setelah Syauqi selesai memaparkan kejadiannya, Saya pun meluruskan persepsinya. “ Syauqi… puasa itu memang bukan Cuma gak makan dan gak minum. Tapi juga menahan hawa nafsu, ya contohnya marah. Syauqi sudah pinter.. maksudnya Syauqi mungkin karena nggak bias nahan marah makanya Syauqi buka puasa kan?” tanyaku memastikan. Syauqi pun mengangguk seraya tetap menyimak. Saya tersenyum kembali, lalu melanjutkan “ Kita memang harus menahan diri supaya nggak marah. Tapi, yang membatalkan puasa kita itu kalau kita makan dan minum. Kalau kita marah.. puasanya nggak batal… tapi, mengurangi pahala puasa kita. Begitu… Jadi kalau nanti Syauqi mau marah, atau udah terlanjur marah.. Syauqi istighfar aja. Trus berwudhu. Ya..” “iya.. tapi gimana kalau nanti adek iseng bikin Uki marah?” “hmm, gini aja.. Uki sama adek boleh main diluar, tapi sebentar aja. Nah, siang-siang habis main sebentar, syauqi sama adek tidur siang. Nanti di bangunin kalau dikit lagi sholat ashar. Gimana?” “ iya “ jawabnya.



Hari-hari selanjutnya, Syauqi dan Zakki memang tak pernah lama bermain di luar rumah. Tentu karena mereka ingin menjaga kesempurnaan puasanya. Subhanallah.. saya hanya masih terkagum dengan Ramadhan si kecil tahun ini.. sepenggal kisah lucu mereka, merupakan inspirasi dan hikmah bagi kehidyupan saya. Bukankah kita dapat belajar dari siapapun? meski dari anak kecil sekalipun. saya belajar tentang semangat beribadah dan keistiqomahan mereka dalam menjalankan sedikit ilmu yang baru mereka dapat.. Ya Allah, jagalah mereka.. jadikanlah mereka sebagai bagian dari rijalud dakwah untuk meninggikan Asma-Mu.. di bumi-Mu…



Ya Allah, mudahkanlah..d an saksikanlah..!



(untuk adik-adikku sayang.. I love you.. coz Allah)

Jumat, 02 Oktober 2009

Kemiskinan

Hmm, menurut saya kemiskinan itu bisa karena struktural dan juga kultural. sikatakan kemiskinan struktural terkait dengan pemerintah daerah setempat.. bukankah sekarang daerah sudah memiliki hak otonomi? dan saya kira kita semua sepakat bahwa tidak ada daerah di Indonesia yang tak memiliki potensi ekonomi bukan? masalahnya.. apakah pemerintah daerah setempat sudah mengoptimalkan SDM dan SDAnya dalam mengentaskan kemiskinan ini?

harus ada pencerdasan ekonomi serta stimulasi ekonomi mandiri dan bertanggung jawab bagi masyarakat setempat (sesuai daerah). pencerdasan ekonomi maksudnya pemerintah daerah merus mampu menyadarkan masyarakatnya agar wawasan dan pikiran mereka terbuka bahwa ada banyak potensi yang dapat mereka garap. stimulasi ekonomi mandiri adalah pemerintah sebagai fasilitator untuk (misalnya) membangun jaringan (pemasaran, dll), publikasi dan mendukung usaha masyarakat baik dari segi kebijakan, informasi2.. dll. sedang kata bertanggung jawab adaah usaha yang sportif dan tetap menjaga lingkungan.

kemiskinan kultural adalah kemiskinan yang terjadi karena didalam masyarakat itu sendiri yang enggan keluar dari labirin kemiskinan itu, misalnya lemahnya etos kerja, sulit memulai usaha yang baru, dll.

daerah miskin memang akan mempengaruhi perkembangan anak, termasuk sosio emosional anak. hal ini tentu terkait dengan peran dan pola asuh orang tua. juga budaya setempat yang pastinya berpengaruh pula pada peran dan pola asuh orang tua yang secara tidak langsung akan berpengaruh pula pada sosio emosional anak.

menurut saya, pendidikan berbasis masyarakat bisa diterapkan pada komunitas ini.. pendidikan yang mengoptimalkan potensi masyarakat setempat. tentunya diperlukan pencerdasan terlebih dahulu bagi masyarakat setempat.. terutama para orang tua dan guru.

Goleman mengatakan bahwa perkembangan sosial emosional dapat berdampak pada perkembangan kognitif anak. karena itu setiap aspek perkembangan anak garuslah seimbang..

Best Regard,
Dewi Julita
Early Childhood Education
State University of Jakarta

(he..he.. nemu jejak komen ku di senuah artikel 16 febuary 2009 lalu.. )

'Si Kecil' yang luar biasa

assalamu’alaikumwarahmatul
lahiwabarakatuh…
ya, anak-anak memang luarbiasa!!
saya jadi teringat dengan syauqi (4 th), saat itu setiap kali dia melakukan sesuatu saya hanya memantaunya, misalnya saat ia ingin membuka kotak makanannya, atau mengambil sesuatu.. maka saya hanya melihatnya saja. jika ia terlihat mulai kesulitan biasanya saya baru bertanya ” syauqi, ada yang bisa dibantu?” jika ia membuthkan bantuan baru dibantu, jika tidak maka biarkan ia berusaha sendiri…

suatu kali saya sedang mencuci piring, tiba-tiba saja ia menghampiri lalu berkata “ada yang bisa dibantu?” saya seperti salah dengar, kemudian saya minta ia mengulangi “apa syauqi?” ujar saya

“ada yang bisa dibantu?” ia mengulang pertanyaannya. saya melihat hingga kedalam matanya yang hitam membulat jernih… saya pun tersenyum, sebenarnya dalam hati geli juga saat seorang anak kecil menawarkan bantuan pada kita (orang dewasa).

akhirnya saya katakan, “ok, syauqi bisa bantu meletakkan ini dan ini kedalam rak” ujar saya tak ingin mengecewakan niat baiknya.

Ah, anak-anak memang menyenangkan…

makin kita stimulasi… akan makin banyak kecerdasan mereka yang membuat kita tercengang…

Subhanallah..

stimulasi yang baik akan mendidik anak kita kearah kebaikan, sementara teladan yang buruk setitik saja akan membekas dialam bwah sadarnya serta memungkinkan untuk diimitasi oleh mereka… na’udzubillah…

saya jadi teringat QS.At tahrim :6

“Wahai orang-orang yang beriman! peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan”

Best Regard,

Dewi julita
(Pendidikan Anak Usia Dini – Universitas Negeri Jakarta)

Salam hangat penuh persaudaraan
Semoga hari ini penuh hikmah
Semoga Allah senantiasa memudahkan langkah-langkah kita menujuNya

(nemu komen ku lagi di sebuah artikel "rahasia otak si kecil", 12 juni 2008 11:43)

Ternyata, Kita Masih Belum Banyak Berbuat...

selalu ada saja skenarionya yang memintaku belajar banyak hal. bermula dari pencarianku menuju rumah pak RW, yang selama hampir lima tahun aku 'numpang' tinggal didaerah ini (pemuda) baru kali ini aku aku menjumpainya.. itu pun karena ada keperluan, ck..ck..ck..

kususuri gang-gang yang berliku, bermodalkan tanya sana-sini.. aku pun mengikuti lekuk-lekuk jalan setapak nan kecil dan sempit diantara padatnya rumah penduduk yang entah sudah tak karuan lagi aturannya.. mana belakang, mana depan.. mana samping.. well, begitulah Jakarta.

singkat cerita, tibalah aku disebuah rumah dengan pagar bercat merah hati, ada pohon belimbing yang mempercantik halaman rumah itu meski hanya sedepa luasnya. tapi itu cukup lumayan untuk kondisi rumah di Jakarta. setelah mengucap salam, maka terbukalah pintu rumah tersebut. seorang lelaki setngah baya keluar membukakan pintu pagar, seraya tersenyum ramah. tanpa bertanya ini itu.. ia langsung mempersilahkan ku masuk.. ehm, rasanya tersanjung sekali sebagai tamu.. karena biasanya, pertama kali yang ditanyakan pemilik rumah pada orang asing adalah"siapa?darimana?mauc
ari siapa? bla..bla..".
well, mungkin karena beliau salah satu tokoh pemerintahan di RW ini, pikirku.

setelah memperkenalkan diri, aku pun mengutarakan maksud kedatanganku.. beliaupun langsung merekomendasikan sebuah nama untuk emmbantu data yang kuperlukan."coba nanti langsung ke bu laila". bu Laila merupakan seorang kader posyandu yang sudah puluhan tahun mengabdikan diri dalam rutinitas sosial sebagai kader posyandu..

waktu kami tak banyak, namun sambil mencari data yang kuperlukan.. kami pun berbincang hangat.. kondisi-kondisi riil yang ada dimasyarakat, terutama untuk kawasan padat penduduk seperti jakarta. bagaimana sulitnya mencari orang-orang yang memiliki kepedulian untuk berbagi serta peduli terhadap kesulitan orang lain.. bagaimana sulitnya sebuah kerja sosial 'laku untuk dibeli' masyarakat. padahal banyak hal-hal yang belum tergarap.. dan semua itu tentunya perlu bagi kepentingan masyarakat itu sendiri. seorang ibu sejak ia gadis hingga hampir sepuh, masih menggarap posyandu. belum lagi program PAUD dan PNPM.. entah bagaimana pembagian tugas kerja ini.. bagaimana menstimulasi agar masyarakat memiliki kepedulian yang sama untuk kepentingan bersama. bukan hanya ramai saat tahu kegian ini itu yang ada "duit"nya.

Ah, mengapa pula aku harus melalang buana jauh hingga ke rembang Jawa tengah yang berbatasan dengan jawa timur sana.. nyatanya hikmah disini pun belum banyak ku gali.. Ah tidak! ini masalah ilmu.. bukankah banyak pula hikmah lain yang telah dihamparkan dihadapanku sejak pertama kali aku terdampar disana? mungkin Rabb ku ingin membuatku lebih banyak lagi belajar..

Aku hanya teringat pada tema suatu sore yang kuhabiskan menyimak dengan seksama tema kuliah informal sejarah islam ku sekitar empat tahun yang lalu.. "The Forgotten Queen" yang dikupas dengan ganasnya oleh pak Agung Waspodo selaku dosen yang menyihir kami untuk melahap tema itu dengan antusias.

kata-kata yang saya ingat adalah.. bahwa ada tiga bidang yang memiliki peranan penting bila dipegang muslimah. Sosial, pendidikan dan politik. peranan yang sangat strategis dan digarap banyak oleh para msulimah adalah bidang sosial dan pendidikan. dikedua bidang ini.. banyak peran yang melibatkan sentuhan tangan mereka.. namun, sangat jarang nama mereka terdengar.

disanalah titik hikmah itu, tentus aja ini merupakan sebuah sindiran bagi diri pribadi.. yang nyatanya masih belum banyak berbuat.. dan semoga saja tidak termasuk yang terlalu banyak bicara. saya jadi teringat denagn kalimat menarik yang tertuang dalam artikel seorang teman yang kini hendak dirilis dalam sebuah buku.. "Kepahaman pada segala aspek melalui penajaman keahlian (spesifikasi) pada suatu bidang"

menarik sekali..

Ah, semoga saja kita termasuk golongan orang-orang yang senang belajar untuk tak bicara banyak namun gemar berbuat banyak..

Kayak Monyet... (Seri Cerita Si Kecil)

saya tersentak!
saya menangkap basah seorang bocah lelaki,Syauqi (7th) sedang memegang sebuah alat pencukur kumis. ia menggoreskan alat pencukur itu beberapa kali pada betis kanannya, pada beberapa sisi. saya pun menghampirinya.

menyadari kehadiran saya, ia pun menoleh dan berhenti sejenak dari rutinitasnya. saya pun bertanya dengan nada yang lembut dan seolah olah tak tahu apa yang sedang dilakukannya "syauqi lagi nagpain?".

"Lagi cukur bulu kaki.." jawabnya polos.
"kenapa dicukur?" kejar saya.
"kalau nggak dicukur nanti bulunya jadi panjang" argumennya.
"Hmm.. mana, coba lihat.." ujar saya sambil menyelidik bulu kakinya. menurut saya tentu saja tidak terlalu panjang.
"syauqi nggak suka ya, punya bulu kaki yang panjang..?" tanya saya mencoba meraba perasaannya..
ia pun mengangguk, "Iya, kalau bulunya panjang.. nanti Uki kayak monyet! Uki nggak mau kayak monyet.."

Spontan, saya pun tertawa kecil mendengar penuturannya. ia pun tersenyum malu.
"Duh, maaf ya syauqi.. yu'ta ketawa.."kata saya, khawatir dia tersinggung karena sempat ditertawakan.
" syauqi kaat siapa kalau bulu kaki bisa panjang terus kayak bulu monyet?" selidik saya
"kata uki sendiri.." aku-nya..

dan diskusi kecil pun di mulai..
"Hmm, Syauqi.. pernah lihat bulu kaki bapak?"Tanya saya. dan ia pun mengangguk.
"Bulu kaki bapak itu nggak pernah di potong lho.. tapi, panjangnya nggak sepanjang rambut kita kan?" lagi-lagi iya mengangguk. "Nah, bulu yang tumbuh di kaki atau tangan kita ini juga rambut lho.. tapi beda sama rambut yang tumbuh dikepala kita.., karena itu walaupun rambut di kaki dan tangan kita tumbuh, tapi dia nggak bisa sepanjang rambut dikepala kita.. begitu syauqi.."

"coba syauqi pegang alis sama bulu mata syauqi"pintaku..
"alis dan bulu mata syauqi juga nggak pernah dipotong dari kecil kan?" ia masih mengangguk mendengarkan penjelasanku.
"Nah, itu karena alis dan bulu mata kita beda sama rambut dikepala kita"
"tahu nggak? Allah itu udah tahu banget mana yang harus panjang, dan mana yang nggak suah panjang. Allah itu sayang banget sama kita.. coba bayangin.. kalau alis atau bulu mata kita bisa panjang kayak rambut.. gimana?" tanya saya
"ya nggak bisa ngeliat lah.." pekiknya.
"bener syauqi.. nanti kita malah nggak bisa lihat.. sama seperti bulu kaki syauqi ini.. nanti nggak akan bisa sepanjang rambut. karena Alalh tahu.. kita, manusia itu beda sama monyet. makanya bulu kaki kita juga nggak bisa panjang kayak bulu kaki monyet". saya pun tersenyum memandangnya lekat.. ia pun tersenyum lebar..

"Kalau kucing?"tanyanya
"kucing.. juga beda sama manusia.. pernah lihat bulu kucing kan?"
Syauqi mengangguk.
"sama nggak sama bulu di tangan dan kaki kita?"
"nggak!"

"kalau burung?"
"syauqi pernahlihat bulu bebek atau ayam nggak?"
"iya, pernah"
"nah, bulu burung.. mirip sama bulu ayam dan bebek. jadi sama nggak sama bulu yang kita punya?"
Syauqi pu menggeleng.. "beda"
"Hmm.. pinter.. bulu burung,bebek dan ayam.. beda juga sama bulu kita.. kalau bulu di tangan dan kaki kita, kan halus.. tapi bulu bebek, ayam dan burung itu ada batangnya. syauqi pernah lihat kan?"
"iya ada batangnya.. uqi pernah liat"

"Nah, sekarang yu'ta tanya lagi.. kenapa syauqi cukur bulu di kaki syauqi? emang bulu-bulu itu jahat sama syauqi?"
syauqi menggeleng.
" atau .. bikin syauqi sakit?"
syauqi menggeleng lagi.

"Nah, kalau bulu kakinya nggak jahat, kenapa harus dicukur? Syauqi tahu nggak.. kalau setiap yang Allah ciptakan itu pasti ada manfaatnya.. sama kayak bulu kakinya syauqi ini. lagian.. kalau bulu kakinya di cukur kan, nanti juga akan tumbuh lagi.. malah lebih lebat" ujar saya tanpa bermaksud menakuti..

"Yah.. yu'ta.. kenapa nggak bilang dari tadi??!!! uki kan udah cukur bulu kakinya..!!" teriaknya agak menyesal..
"lagian.. syauqi langsung cukur aja.. bukannya tanya yu'ta dulu aklau mau cukur bulu kaki.." ujar saya seolah sewot, membela diri tak mau kalah.
"Hhh.. tadi kan uki liat cukurannya kak yeki diatas meja.. ya udah.. Uki cukur aja ke bulu kaki.." belanya pula.
Duh, beginilah kalau tak hati-hati menyimpan barang.. untuk cuma bulu kaki, coba kalau semua rambut ditubuhnya dicukur?? Wah.. kacau ini.. "hffh,.. dasar anak-anak.. " batin saya.

Well, lebih dari pada itu.. hati ku pun bertanya-tanya, jangan-jangan pernah ada selentingan komentar tentang bulu kakinya, sampai-sampai ia merasa tak nyaman dengan bulu-bulu halus itu..

saya jadi teringat saat saya masih duduk di kelas 1 SMP, saat itu saya sangat tidak nyaman dengan celetukan dan ledekan teman2 tentang rambut halus yang tumbuh di antara bibir atas dan dibawah hidung (baca:kumis-red). maklum, namanya cuga anak perempuan.. saya pun khawatir kalau kumis tipis itu terus saja tumbuh seperti kumis milik ayah saya.. akhirnya saya pun secara diam-diam mencari pisau cukur milik ayah.. sekali dua kali saya tak mampu menemukan tempat penyimpanannya, namun pada akhirnya saya pun mendapatinya tergeletak.. itulah kesempatan yang tak saya sia-siakan.. saya pun berusaha mencukur kumis tipis yang nampak menyebalkan itu.. tapi, entah karena memang saya tak lihai menggunakannya.. atau bagaimana.. tapi yang jelas, belum sedikitpun bulu-bulu halus pengganggu itu saya cukur, ternyata bagian bawah hidung saya itu malah terluka terkena pisau cukur yang tajam itu. Hffh.. setelah kejadian itu, saya tak berani lagi berusaha mencukur kumis tipis itu.. he.. kapok euy.. (tentu saja spekulasi saya saat itu bahwa kumis itu akan terus tumbuh menjadi lebat, hingga kini tak pernah terbukti. karena nyatanya kumis tipis itu tak pernah menunjukkan niatnya untuk tumbuh lebih dari kadar seharusnya yang dimiliki hormon wanita)


jadi, penting bagi kita orang dewasa untuk tidak mengkritisi atau bahkan mengomentari hal-hal fisik yang ada pada anak.. menurut Piaget, anak usia ini masih pada taraf berpikir konkrit. artinya, memberikan pengertian yang sederhana dengan-perumpamaan-perumpamaan yang mampu di jangkau oleh akalnya, akan membantu anak mengetahui mengapa Allah memberikan segala sesuatu yang ada ditubuhnya..



Ahmad Syauqi... he send love for everyone.. :)

Tentang Pesona yang Mempesona

beginilah pesona ilmu. entah mengapa tiba-tiba aku terhipnotis begitu saja dan terperangkap didalamnya..
seolah.. sejak semula, telah kucium semerbak harumnya..
telah mampu ku kecap manis dan lezatnya
telah nampaklah elok dan keranumannya..
sedari jauh, telah terdengar indah simfoni dawainya.. begitulah pesona ilmu..
dan tiba-tiba saja langkahku telah menuju ke satu arah.. Majlis Ilmu..

MasyaAllah,..
kusadari benar.. bagi para pecinta ilmu, tak bisa tersisip sedikitpun rasa congkak yang menelusup..
meski sekedar serpih sekalipun.. karena ilmu itu itu amat indah pancar cahayanya.. amat halus dan lembut sentuhannya.. amat jernih pula tempat yang seharusnya menjadi kediamannya..
begitulah ilmu yang di dambakan penuh dengan keberkahan..

tak cukup hanya dengan cinta dan semangat terhadap ilmu..
ilmu pun membutuhkan bukti sebuah perjuangan bahwa ia memang patut untuk diperjuangkan..
karena itu pula, hanya keistiqomahan dan keistimroran berselimut ikhlash sajalah dari para penuntut ilmu yang mampu memenangkan piala kemuliaan serta janji dari ditinggikannya beberapa derajat seorang 'alim (orang berilmu) atas seorang 'abid (ahli ibadah)..

kita membutuhkan hati yang elastis agar mudah dilemahlembutkan.. karena terkadang hati ini begitu saja mengeras serta menumbuhkan congkak tanpa sadar selaku manusia yang tak luput dari khilaf..

namun, dilain waktu, terkadang hati ini terlalu lembut hingga tak mampu dibentuk layaknya adonan yang terlalu lunak. ini karena kita adalah manusia yang jua tak luput dari ke dhoifan (lemah)..

hati yang elastis saja..
hati yang dapat ditundukkan saat ia mulai menjadi pembangkang terhadap ilmu,
hati yang dapat mengukuhkan saat ia mulai terlalu lunak tanpa rangka hingga bias pada selayaknya ilmu yang rona..

Oh, sunguh indah pesona ilmu itu..
Semoga Rabb kita masih mengizinkan kita untuk berkumpul bersama-orang-orang yang shalih dan berilmu..

_Best Regard, Taqiya Asywaq_
haula nuurul 'ilmu